Indonesia diperkirakan akan kekurangan 280 ribu tenaga insinyur dalam lima tahun ke depan. Sementara jumlah insinyur yang dicetak oleh perguruan tinggi tidak mampu memenuhi jumlah kebutuhan insinyur yang semakin bertambah. Padahal, saat ini negara tengah giat-giatnya melakukan pembangunan infrastruktur dengan posisi GDP masuk sepuluh besar dunia sehingga menjadi negara tujuan tenaga insinyur dari luar. “Beberapa negara sudah banyak melobi PII (Persatuan Insinyur Indonesia) untuk bisa masuk dalam berbagai proyek pembangunan di Indoensia,” kata Wakil Ketua Umum, Ir. Heru Dewanto, M.Eng., IPM., dalam pelantikan 30 insinyur baru untuk prodi program profesi insinyur UGM periode I tahun 2018, Rabu (7/3), di Balai Senat.
Fakultas Peternakan UGM resmi membuka Program Studi (prodi) baru yaitu Program Studi Profesi Insinyur Peternakan. Prodi yang telah terakreditasi BAN-PT ini dibentuk untuk menghasilkan insinyur-insinyur di bidang peternakan yang mumpuni, bermoral, tangguh, mandiri, terampil dan profesional.
Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA, DEA., IPM., mengatakan pendirian prodi profesi insinyur merupakan langkah strategis. Prodi ini didirikan untuk menyiapkan sumber daya manusia Indonesia di bidang keinsinyuran peternakan.
Fakultas Peternakan (Fapet) UGM membuka program studi baru, yaitu Program Studi (Prodi) Program Profesi Insinyur Peternakan. Prodi ini dibentuk agar dihasilkan insinyur di bidang peternakan yang mumpuni, bermoral, tangguh, mandiri, terampil, dan profesional. Selain itu, persaingan di tingkat ASEAN terus meningkat karena tenaga kerja di negara-negara ASEAN bebas memasuki Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Prodi (Kaprodi) Program Profesi Insinyur Peternakan, Prof. Dr. Ir. Zuprizal, DEA, Rabu (25/10) di Fapet UGM. “Program ini dibentuk dalam rangka menindaklanjuti berlakunya UU Nomor 11 Tahun 2014 tentang keinsinyuran. Dengan terdaftar dan melaksanakan kuliah di Prodi ini, lulusan akan mendapat gelar insinyur (Ir) dari UGM. Setelah lulus, harus diuji lagi profesionalismenya oleh organisasi profesi, yaitu Persatuan Insinyur Indonesia (PII),” jelas Zuprizal. Sertifikat insinyur yang dikeluarkan oleh PII berlaku secara internasional sehingga fresh graduates diharapkan dapat bersaing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Dalam rangka menyinergikan kurikulum S1, S2, S3, dan Prodi Insinyur, Fakultas Peternakan (Fapet) UGM menyelenggarakan Workshop Sinergisitas Kurikulum Fakultas Peternakan UGM, Jumat (29/9) di University Club Hotel, Yogyakarta.
“Sebagai bagian dari civitas academica di tingkat universitas bahkan Kemenristek Dikti, melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan suatu keharusan. Oleh karena itu, peran dan kehadiran Fapet UGM merupakan hal yang penting dan strategis,” ujar Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., ketika memberikan sambutan dalam acara tersebut. Acara ini, tambahnya, merupakan salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi di tingkat yang lebih tinggi.